Sejarah Sekolah Minggu dan perkembangannya Sekolah Minggu Online

I. Latar belakang 
Sekolah minggu merupakan sebuah bentuk ibadah kepada Tuhan Yesus Kristus yang menekankan kepada bidang anak anak khususnya dalam hal pujian kepada Tuhan, membaca Alkitab , dan mengerti akan Firman Tuhan secara mendasar ( termasuk menghafalkan ayat hafalan). 

Di jaman sekarang sekolah minggu menjadi sebuah hal yang sangat penting bahkan merupakan ujung tombak dalam melahirkan sebuah jemaat baru dalam sebuah gereja lokal. Karena tanpa adanya sekolah minggu, gereja lokal akan sulit untuk mendapatkan jemaat yang bertumbuh dan kuat  dalam  mengajarkan  yang menjadi dasar pendirian Iman yang kokoh kepada Kristus 

II. Sejarah Sekolah Minggu  
Jika hal ini dilihat dari sejarahnya pada tahun 1780 di Gloucester-Inggris, Sekolah minggu didirikan oleh Robert Raikes. Pada awalnya Sekolah minggu adalah sekolah sosial untuk membantu anak-anak terlantar korban revolusi industri di Inggris dengan nama Ragged School.  Ragged School yang berdiri atas dasar kasih dan modal seadanya hanya bisa dibuka pada hari minggu saja. Dan seluruh anak anak khusunya yang miskin akan datang untuk mereka ajar akan norma kehidupan dan ilmu Eksakta ( membaca, menulis dan berhitung)  dengan pedoman atas buku dasar yaitu Alkitab. 

Dalam perkembangan awal sekolah ini, Robert Raikes terus berjalan dengan kondisi yang ada serta dana yang terbatas. Kondisi suka dan duka terus dijalani selama 4 tahun dan  atas rencana Allah Robert Raikes mendapatkan  bantuan dari John Wesley (pendiri Gereja Methodis) yang menyadarkan gereja pada pentingnya kehadiran sekolah minggu  untuk menanamkan Iman, pengetahuan akan Allah dan pembentukkan karakter yang menyukakan hati Tuhan dari sejak kecil.  Dan hal ini dipandang baik oleh seluruh gereja sehingga sekolah minggu terus diadopsi dan berkembang dari gereja Methodis kepada dominasi gereja lainnya yang disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan sosial di dareahnya. Bahkan tahun 1830 American Sunday School Union, yang didirakan pada tahun 1824 ,menetapkan tetapkan tujuan yang berlaku  untuk mendirikan Sekolah Minggu pada setiap pelosok daerah yang luasnya dan kurikulumnya berupa pelajaran membaca, menulis, dan pelajaran Alkitab.

Dalam awal abad ke 19 , sekolah minggu menjadi lebih condong kepada sebuah ibadah kecil yang sering kali digunakan untuk belajar norma kehidupan dan pengenalan kepada Allah dibandingkan dengan ilmu exsakta. Dimana sekolah minggu lebih mengajarkan kepada anak didiknya untuk berdoa, memuji Tuhan dan Mengenal Firman Tuhan serta menghafal ayat hafalan. Bahkan dari sekolah minggu inilah menjadi lahan tuaian bagi orang sekitar, dimana hal yang diajarkan oleh guru sekolah minggu kepada anak anaknya menjadi semacam kesaksian hidup bagi orang tua yang belum percaya, bagi teman teman di sekolah, dan bahkan orang yang membantu di rumah anak itu . 

III. perkembangan Sekolah Minggu 

Bahkan di abad 19-an, banyak hamba Tuhan memulai pengembalaan atau melakukan penginjilan dari sekolah minggu. Dimana banyak dari mereka mulai dengan membantu serta mengajarkan anak anak dari ilmu eksakta yang mereka pelajari dengan memberitakan Firman Tuhan secara secara bertahap kepada anak anak. Dengan cara berdoa sebelum belajar, mengajarkan membaca dengan cerita dari Alkitab, dan masih banyak lagi. 

karena perkembangan jaman yang terus berkembang, maka pada abad 20 atas dasar kehendak Allah hadir bahan mengajar pelajaran sekolah minggu yang berjenjang. Dimana metode sekolah minggu yang awalnya menjadi lahan tuaian secara fungsi mulai berubah menjadi pembinaan khusus bagai warga gereja.  Hal ini terjadi karena kata "sekolah" pada sekolah minggu mengarahkan pandangan bahwa sekolah minggu harus ditangai secara lebih professional. 

Sehingga pada tahun 1922 berdirilah “Internasional Sunday School Council of Religious Education”, yang pada tahun 1924 berubah nama menjadi “The Internasional Council of Religious Education”. yang menyusun pengajaran sekolah minggu agar lebih terarah, lebih mendalam sesuai dengan jenjang umur anak, dan pendidikan yang lebih moderen. 

Berdasarkan hal itu akhirnya sekolah minggu yang ada mengalami pelebaran makna dan fungsi. Sehingga dari sekolah minggu inilah muncul beberapa bentuk dari "sekolah" berbasis iman Kristen khususnya di Indonesia. Dua bentuk besar dari pengembangan Ragged School / Sekolah Minggu  adalah 

- Yayasan Sekolah Kristen / Katolik 
Dimana sekolah ini berbasis nilai eksata dengan lingkup kebudayaan imam Kristen pada umumnya. Tujuan awal dari pembuatan yayasan sekolah Kristen / Katolik untuk mengembalikan marwah / semangat dari Ragged School. Dimana ada kesempatan anak anak yang mampu maupun kurang mampu untuk belajar bersama ilmu eksata dengan berbasis Alkitab. Tetapi dalam perkembangannya, Yayasan Sekolah Kristen / Katolik  dinilai menjadi komersial dan lebih mementingkan prestasi / gengsi dibandingkan marwah/ semangat dari Ragged School. Dengan berpatokan dengan kata  " Presntasi yang menyatakan kemulaian Allah ", Maka sekolah hanya lebih mengutamakan prestasi sekolah itu dan kehilangan perannya menjadi ladang kesaksian maupun pengenalan akan Kristus kepada anak ( Agama di sekolah hanya mengajarkan hidup sopan saja) . 

- Sekolah Minggu di Gereja  
Sedangkan Sekolah minggu di gereja umum menjadi kurang berkembang dimana hanya sebagian kecil saja yang benar benar menjalankan progam pembelajaran Alkitab yang berbasis kurikulum. kebanyakan gereja hanya menjadikan Sekolah Minggu menjadi "tempat penitipan anak" yang aman pada saat orang tua mengikuti ibadah. 

Hal ini pun ditambahkan perkembangan metode psikolgi anak yang terus berkembang bahwa anak kehilangan waktu bermain karena tertekan oleh sekolah. Sehingga pada perkembangannya anak Sekolah Minggu hanya datang ke sekolah minggu hanya rutinitas untuk bermain, bertemu teman, dan  mendengarkan sedikit  pengetahuan akan Firman Allah.  

Dari kedua perkembangan diatas, kita melihat bahwa apa yang menjadi tujuan dari sekolah minggu sebenarnya sudah pudar dan hanya sedikit yang masih mempertahankan dasar dari sekolah minggu yang berdasarkan kepada Kasih Allah dan pengenalan kepada Kristus Yesus. 

Hal ini berdampak pada perkembangan dogma Kristen pada anak yang sebenarnya tidak sesuai dengan pernyataan Allah. Hal ini terlihat ketika ada sekelompok orang yang mengatasnamakan Tuhan bernyanyi dengan budaya dunia ( lampu disko, kondisi ibadah seperti konser, baju yang tidak sopan) menjadi tidak masalah yang penting mereka mendapatkan pengakuan / prestasi dari orang di sekitarnya. Hal ini semua dibenarkan menurut pengertian dan dogma Kristen yang mereka miliki tidak kuat di sekolah minggu dan hanya mengejar prestasi serta mengandalkan emosi saja. 
Hal ini cukup berbanding terbalik dengan anak anak sekolah minggu yang masih menggunakan kurikulum pembelajaran Alkitab. Walaupun memang tidak ada standar kurikulim yang baku, tetapi mengenalan akan Tuhan Yesus Kristus yang benar dan mempelajari Firman Tuhan menjadi sebuah kerinduan akan Firman Tuhan yang besar dalam pribadi anak anak ( hal ini sering kali dikatakan karena ada kuasa Tuhan Yesus Kristus yang menjamah setiap pengajar / sering kali disebut pendeta kecil) . 

Tetapi dalam perkembangannya Sekolah Minggu yang memiliki kurikulum tidak begitu populer dan hanya ada dalam gereja lokal saja dan lebih konservatif.  Hal ini menyebabkan beberapa sekolah minggu yang memiliki kurikulum ini mulai mendapatkan perlawanan dari internal sekolah minggu maupun eksternal untuk mengubah kurikulumnya menjadi seperti sekolah minggu pada umumnya dengan berpadu pada  metode psikolgi anak yang terus berkembang. 

IV. Dunia dan Teknologi 
Ketika Dunia terus berkembang dan banyak teknologi yang digunakan oleh semua orang, maka ada beberapa gereja pun mulai menjajaki sistem dan teknologi yang ada. Mulai dari tahun 2015 -2019 beberapa gereja moderen  mulai membuat ibadah online, sehingga banyak orang yang melihat hal tersebut menjadi terheran, tercengang dan termotivasi untuk membuat hal yang sama. 


Hal ini didasari oleh karena kebutuhan manusia yang tidak dapat berkumpul untuk beribadah, tuntutan pekerjaan yang semakin keras serta ego manusia yang semakin membutuhkan kemudahan.  Sehingga video online yang awalnya digunakan hanya untuk dokumentasi mengingat kembali pelajaran / khotbah  hari minggu / perkumpulan menjadi ibadah di rumah hanya dengan mengunakan video online atau live steaming. 

Ketika Video online atau live streaming ibadah semakin berkembang, bukan hanya masalah video saja yang berkembang melainkan masalah tata ibadah dan segela sesuatunya yang bagus mulai diatur. Dimana video online ibadah bukan lagi memiliki marwah ibadah melainkan entertainment yang padat akan pengaturan waktu, musik yang lebih emosional, lampu yang lebih mengarah ke entertement dan sebagainya. 

Ketika Ibadah online orang dewasa sudah menemukan alur dan peminat dari cara yang mereka tunjukan, maka hal ini pun berkembang kepada ke sekolah minggu gereja moderen kepada sekolah minggu online. Dimana pada awalnya banyak gereja konfensional yang tidak setuju akah hal itu, karena :
- menghilangkan rasa sentuhan kasih sayang dan ikatan guru dan murid
- menghilangkan kedisiplinan anak untuk datang tepat waktu dan 
- menghilangkan rasa dan kerinduan anak untuk datang beribadah di gereja.

V. Pandemi dan Dunia Online
ketika Maret 2020 awal, Covid-19 menjadi suatu yang mencekam serta mengacunya instruksi dari pemerintah soal pertahanan sosial masyarakat yang mengharuskan masyarakat untuk tetap tinggal di rumah dan tidak boleh berkumpul. Maka gereja secara global dan nasional mengambil peran untuk melakukan video online ibadah ( ibadah online) untuk menjalankan  dan merealisasikan instruksi dari pemerintah itu. 

Setelah gereja secara nasional melakukan ibadah online  online, beberapa bulan selanjutnya video online untuk anak anak (sekolah minggu online). Dimana seluruh pengurus sekolah minggu cukup latah dan mulai menyontek apa yang ada di video sekolah minggu tempat lain.  Mulai dari konsep , acara, waktu, dan kreatifitas agar anak anak sekolah minggu tidak kabur dengan video dari sekolah minggu di tempat lain yang lebih menarik. 

Bahkan video yang dibuat kebanyakan oleh Sekolah minggu online adalah konsep entertement dimana sesuai dengan ilmu psikologi anak, bahwa anak anak akan tertarik dengan hal yang menarik dan tidak membosankan. Bahkan metode interkasi dengan anak di beberapa gereja mengunakan tambahan aplikasi video call hanya untuk langsung menyapa anak anak dan melakukan aktivitas lainnya agar anak anak tidak bosan.

 VI. Kelebihan dan Kerugian Sekolah Minggu Online 
Setelah melihat bagaimana terjadinya sekolah minggu online, maka ada kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada sekolah minggu online. 

kelebihan dari sekolah minggu online : 
- Anak bisa mendengarkan Firman Tuhan dimana pun berada (jika mau)
- Anak tidak bisa terlewatkan untuk ibadah (jika mau) 
- Anak dapat mengulang Firman Tuhan yang telah disampaikan (jika mau) 
- Anak dapat menentukan sendiri cara yang berbeda untuk beribadah.
- Anak dapat mencari sendiri apa yang mereka mau tahu di Sekolah minggu online lainnya  

Kekurangan dari sekolah minggu online : 
- Anak tidak perlu bangun pagi untuk ibadah 
- Anak bisa memilih untuk tidak mendengarkan video online ibadah 
- Anak bisa memilih video online ibadah yang mereka suka 
- Anak tidak bisa mencurahkan hati kepada guru sekolah minggu  
- Anak tidak bisa memiliki kerinduan untuk beribadah yang sesungguhnya 
- Anak tidak mendapatkan sentuhan kasih sayang dari guru
- Anak hanya mengharapkan hadiah saat mengikuti ibadah 
- Anak tidak akan mendapatkan kurikulum yang sesuai dengan umurnya 
- Anak akan mendapatkan infromasi yang terlalu banyak tanpa tahu yang benar 

Sehingga sekolah minggu online ini sebenarnya sangat membutuhkan pendampingan orang tua yang mengenal kebenaran Tuhan dengan sangat ketat. Karena dengan sekolah minggu offline / hadir di gereja mereka dapat pendidikan dari guru sekolah minggu yang mengisi "kekosongan orang tua"  untuk mengajarkan Firman Tuhan dan menjadi teman yang membawa pengenalan kepada Tuhan Yesus kristus. 

Karena menjadi seorang guru sekolah minggu bukan berbicara tentang mengajarkan kebenaran Firman Tuhan saja, melainkan menjadi teman, menjadi sahabat, dan menjadi orang tua yang tegas akan segala ketetapan Firman Tuhan. Sehingga kembali kepada marwah Sekolah minggu  yang Tuhan Yesus berikan kepada Robert Raikes yang  yaitu menolong  anak anak untuk mengenalkan Tuhan Yesus Kristus dari berbagai sisi aspek kehidupan mereka. 

 VII. Aspek Theologis 
Jika kita melihat dalam sisi Firman Tuhan, maka dalam kejadian 4 dengan sangat tergambarkan darimana Kain dan Habel mengenal Tuhan sehingga dalam Ayat  3 dan 4 - Kain dan Habel sudah mengetahui siapa Allah dan apa yang harus dilakukan untuk menyenangkan hati Tuhan-. 

Maka secara langsung maupun tidak, sekolah minggu yang pertama adalah dalam keluarga dan guru sekolah minggu yang pertama adalah orang tua. Karena dari orang tua yang mengenal Tuhan Yesus secara utuh, anak secara tidak langsung akan mengenal Allah dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan mengetahui apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam hidupnya.  Dari sinilah dogma anak terbentuk dan anak mempunyai ketertarikan mengenal dan mencari tahu siapa yang dibutuhkan dalam hidupnya. 

Hal sejalan dengan pelajaran skematologi penciptaan Allah, dimana ketika manusia mengenal Allah yang adalah terang. Maka manusia akan mengenal apa itu dosa dan apa itu kebenaran. Hal ini pun sangat berlaku bagi anak, Karena jika dari kecil dia belajar akan Firman Tuhan, maka secara langsung maupun tidak dogma dan iman anak akan terbentuk secara utuh tetapi belum sempurna. 

Tetapi jika kita melihat sejarah, bagaimana Adam dan Hawa pun sebagai orang tua hanya manusia terbatas, mereka tidak tahu dan mengerti bahwa Kain memiliki sifat yang jahat yang tidak berkenan kepada Tuhan Yesus Kristus. Tetapi perhatikan dalam ayat 6 bagaimana Tuhan Yesus Kristus, yang tahu apa yang ada dalam diri Kain, memposisikan diri sebagai seorang guru bagi Kain dan Habel yang mengingatkan kepada kain akan dosa yang sudah menggodanya. 

Hal ini akan menjadi pembelajaran bagai Adam dan Hawa, bagaimana adam dan hawa harus mengajarakan kepada Set dan keturunannya tentang mengenal Allah dengan sepenuh hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan kekuatan ( Ulangan 6: 4-7 , Matius 22:37). Sehingga dari apa yang dipelajari oleh Set dari orang tuannya melahirkan keturunan yang berbeda yang berkenan kepada Tuhan seperti Enos hingga Henokh yang mengenal Tuhan dengan penuh serta bergaul dengan  Tuhan Yesus Kristus. 

Tetapi kita perhatikan kembali bahwa apa yang terjadi pada manusia, seperti yang dikatakan dalam Kejadian 6, secara terus menerus merubah sosial budaya untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan baru yang berlandaskan kepada keegoisan manusia. Tetapi perhatikan, sebagaimana sosial budaya dan tatanan kehidupan baru terus mengerus keadaaan dan mempersulit manusia untuk mengenal Tuhan. Bagi anak Tuhan yang telah mendengar dan terus belajar ketetapan Firman Tuhan / bergaul dengan dengan Tuhan, maka Tuhan Yesus Kristus akan tunjukkan cara yang terbaik untuk keluar dari sana. 

Dari sedikit hal diatas saja Tuhan Yesus pun mengajarkan, kepada orang tua  maupun orang yang dipakai Allah khususnya guru sekolah minggu, agar dalam mengajar gunakan selalu mengandalkan Tuhan Yesus Kristus.  Jika kita hanya mengajar dengan apa yang kita punya dan mengikuti sosial budaya bahkan tatanan baru dunia yang berdasarkan ego, maka anak yang diajar oleh orang tua dan guru sekolah minggu akan terseret kepada dunia yang terus menjauh dari hadapan Tuhan. 

VIII. Hipotesis Awal 
Sekolah minggu merupakan sebuah lembaga yang tercipta atas dasar kekurangan  orang tua  untuk memperkenalkan dan memdidik anaknya untuk mengenal Tuhan Yesus Kristus. Hal ini bukan berarti guru sekolah minggu adalah yang terhebat dan mampu memperkenalkan Tuhan Yesus Kristus kepada anak secara sempurna. Orang tua dan guru sekolah minggu merupakan alat yang Allah pakai untuk memperkenalkan dan mengajarkan segala ketetapan Allah ( Skematologi hari ke 1  dan  Skematologi hari ke 2).  

Yang menjadi langkah awal seharusnya adalah orang dewasa (orang tua dan guru sekolah minggu) yang  mengenal dan bergaul dengan Allah bahkan harus sudah sampai pada tingkatan dewasa rohani ( Skematologi hari ke - 6). Tetapi di zaman sekarang ini termasuk dalam pandemi sekarang ini, banyak orang tua dan bahkan guru sekolah minggu hanya tahu tentang mengenal Allah  dan tahu teori tentang bergaul dengan Allah . 

Sehingga sering kali mereka (orang tua dan guru sekolah minggu) banyak mengunakan pendekatan entertainment dan bahkan menhalalkan segara cara untuk mendapatkan prestasi anak. ini yang menjadikan Sekolah minggu hanya sebatas rutinitas dan bukan mengenal dan bergaul dengan Tuhan Yesus Kristus sesuai dengan Firman Tuhan / sepenuhnya

IX. Permasalahan yang harus dihadapai 
Bagaimana sekolah minggu yang benar menghadapi apa yang terjadi di dunia termasuk dalam pandemi ? 


IRenungan Harian Remaja GPdI