Pujian: emosi, lantunan dan suara Allah

Pujian adalah Firman Tuhan yang dilantunkan dan di ikuti oleh seluruh jemaat. 

1. Pendahuluan 

Dalam sebuah ibadah idealnya memiliki liturgi atau tata cara ibadah yang bermacam macam. Dan tidak jarang juga pujian merupakan bagian yangtidak terpisahkan kldari sebuah kebaktian itu sendiri. 

Karena menurut sebagian orang pujian merupakan salah satu cara mengucap syukur kepada Allah melalui pujian. Bahkan beberapa pengajaran melalui suara kita, kita memberikan persembahan dan dupa yang harum bagi Allah

Kalo kita melihat kata pujian mau tidak mau, kita akan melihat terlebih dahulu bagaimana sejarah dari sebuah kebaktian dengan budaya orang yahudi. Dan mau tidak mau kita akan melihat dalam perjanjian lama khusunya dalam kemah Tarbenakel dan Bait Allah. Karena keduanya merupakan tata cara atau ibadah awal yang benar benar dari Tuhan dan pimpinan Roh Kudus. 


2. Permasalahan

Tetapi apa yang terjadi saat ini, pujian bagi Tuhan bagaikan konser musik. Dimana mereka hanya mementingkan alunan atau lantunan yang merdu dan menyentuh emosi saja. Bahkan banyak orang dunia berbondong bondong mencari rahasia dari pujian anak Tuhan Lalu mengubahnya menjadi lagu sekuler yang merdu dan sangat hati. 

Kejadian yang lebih menyesakkannya adalah bagaimana anak anak Tuhan yang bertugas sebagai worship leader atau pemimpin pujian mengambil lagu dari lagu sekuler yang menurut mereka bisa disesuaikan dengan tempo dan kata kata untuk gereja . Walaupun lagu-lagu tersebut sebenarnya hanya mementingkan emosional dan kemerduan semata untuk dapat menarik simpati dengan sugesti kata kata  yang terdapat dalam lagu tersebut. 

Sehingga tidak ada suara Tuhan dalam sebuah pujian, dan banyak orang memuji Tuhan karena lagunya enak dan sesuai dengan keadaan hati. Hal ini membuat seolah-olah lagu pujian sama dengan lagu dunia yang dapat dinyanyi dengan kondisi, sikap, penyesuaian yang tidak seharusnya dalam pujian. 

3. Latar belakang 

Jika kita berbicara tentang puji-pujian, maka kita tidak akan lepas dari kitab Yosua 1:8 dikatakan demikian: 

Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. 

Maka jelas apa yang terjadi bagaimana perintah Tuhan kepada Yosua, bahwa mereka harus memperkatakan Firman Tuhan yang menjadi renungan bagi hidup mereka untuk selalu taat, menjalankan dan ingat perintah Tuhan ( pengajaran) . 


Dalam setiap perkataan Firman Tuhan yang dikatakan oleh orang yahudi, mereka ucapkan dengan lantunan suara yang cukup keras yang dapat didengar oleh telinga mereka. Sehingga didengar seperti lantunan  suara bagaikan nyanyian. Tetapi ketika mereka melantunkan Firman Tuhan, sikap mereka adalah sikap hormati akan setiap perkataan Allah dalam hidup mereka. 

Hal ini sesuai dengan perintah Tuhan Yesus Kristus dalam ulangan 6:4-9 dimana dikatakan demikian: 

Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. 

Maka kita melihat bahwa ketika kita mengasihi Tuhan, Hal pertama yang kita lakukan mengenal Dia dan melakukan segala FirmanNYA. Dalam konsep ini, Allah menginginkan manusia mengikatkan hidupnya kepada Tuhan Yesus Kristus dengan salah satunya mengingat segala perintah Tuhan. Dan ketika orang Israel melakukan perintah Tuhan dengan berbicara lantang ( me-rhema-kan ), Maka ada semacam tanda baca dan tekanan suara yang mengalunkan seperti halnya seorang yang seolah olah "bernyanyi" dalam memperkatakan Firman Tuhan tersebut tanpa emosi. 

Dari perkataan Firman itulah, ada sebuah pengajaran tersebut  pastinya akan merujuk kepada janji Allah dan pengakuan kedaulatan Allah dalam kehidupan manusia. Karena dalam pengajaran Firman Tuhan, manusia harus mengakui dan menyatakan bahwa penyerahan diri manusia atas kedaulatan Allah di atas segalanya. 

4. pujian yang dinyanyikan 

Setelah kita belajar bagaimana pujian pengajaran yang selalu disuarakan bahkan dilantunkan oleh orang Israel  tidak mudah diingat oleh orang Israel. Sehingga mereka dengan metode mengingat / menghafal pengajaran untuk mengingat semua perintah Allah. 

Tetapi seringkali hal ini, kita selalu berpikir puji pujian dan mengantikan puji itu hal yang sama.  Jika kita merujuk pada  kitab kejadian 31:27  dikatakan demikian : 


Mengapa engkau lari diam-diam dan mengakali aku? Mengapa engkau tidak memberitahu kepadaku, supaya aku menghantarkan engkau dengan sukacita dan nyanyian dengan rebana dan kecapi?

Jika kita bernyanyi ada suasana dan emosi yang berkembang dalam diri manusia.  Maka ini mejadi pembeda dengan pujian yang sebagaimana dimaksud dengan kitab Imamat 19:24 yang dikatakan demikian :

Tetapi pada tahun yang keempat haruslah segala buahnya menjadi persembahan kudus sebagai puji-pujian bagi TUHAN. 

Maka kita tahu bahwa nyanyian tidak sama dengan pujian, dimana pujian memiliki sebuah "kekhususan" , pengagungan, pernyataan Allah, dan perintah Allah.  Maka jika kita berbicara pujian, maka semua unsur harus ada di dalamnya.  Sehingga sikap, patokan kita, norma kita prinsip pada kebenaran Allah. 

Tetapi saat kita menyanyikan pujian bagi Tuhan Yesus Kristus merupakan perwujudan  keinginan Allah untuk dapat manusia dapat bersekutu dan mengasihi Allah secara utuh. Maka pada saat manusia menyanyikan pujian patokan mendasar ada dalam kitab 2 Tawarikh 7:6 yang dikatakan 

Para imam telah siap berdiri pada tempat mereka. Begitu pula orang-orang Lewi telah siap dengan alat-alat musik untuk memuliakan TUHAN, yakni alat-alat musik yang dibuat raja Daud untuk mengiringi nyanyian syukur bagi TUHAN: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" setiap kali mereka ditugaskan Daud menyanyikan puji-pujian. Dalam pada itu para imam berdiri berhadapan dengan mereka sambil meniup nafiri, sedang segenap orang Israel berdiri. 

Sehingga jelaslah bahwa salah satu unsur dasar pujian dinyanyikan adalah sikap kita yang menghormati, menghargai, dan mengasihi Tuhan ( Ulangan 6:5 dan Matius 22:37). Karena Pujian yang dinyanyikan memiliki unsur penghormatan kepada Allah dan nyanyian membantu dan memampukan manusia untuk belajar serta merhemakan Firman Tuhan agar dari sanalah manusia dapat mengenal Allah dan segala ketetapan-NYA. 

Ketika kita menyanyikan pujian, maka seharusnya dari apa yang dinyanyikan pun seharusnya memiliki dasar yang sesuai dengan Firman Tuhan dan bukan yang lain. 

5. Perkembangan Pujian 

Dalam perkembangannya pujian memiliki banyak presepsi atau pandangan dari beberapa ahli. Salah satu  dasar yang dipakai adalah Yosua 6:2-5 dikatakan demikian 

Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa. Haruslah kamu mengelilingi kota itu, yakni semua prajurit harus mengedari kota itu sekali saja; demikianlah harus engkau perbuat enam hari lamanya, dan tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut. Tetapi pada hari yang ketujuh, tujuh kali kamu harus mengelilingi kota itu sedang para imam meniup sangkakala. Apabila sangkakala tanduk domba itu panjang bunyinya dan kamu mendengar bunyi sangkakala itu, maka haruslah seluruh bangsa bersorak dengan sorak yang nyaring, maka tembok kota itu akan runtuh, lalu bangsa itu harus memanjatnya, masing-masing langsung ke depan." 

Maka perhatikan ayat Yosua 6:8-9

 Segera sesudah Yosua berkata kepada bangsa itu, maka berjalanlah maju ketujuh orang imam, yang membawa ketujuh sangkakala tanduk domba itu di hadapan TUHAN, lalu mereka meniup sangkakala, sedang tabut perjanjian TUHAN mengikut mereka. Dan orang-orang bersenjata berjalan di depan para imam yang meniup sangkakala dan barisan penutup mengikut tabut itu, sedang sangkakala terus-menerus ditiup.

Dari ayat di atas banyak presepsi atau pengajaran yang timbul seperti: saat teduh ( orang berdiam diri tetapi mendengarkan alunan musik yang dimainkan),  sedang berdoa suasana hening musik tetapi dimainkan, bahkan ada yang menyebut meditas orang Kristen dan masih banyak lagi. 

Bahkan sering kali pemimpin pujian mengambil Yosua 6:16 yang berkata 

Lalu pada ketujuh kalinya, ketika para imam meniup sangkakala, berkatalah Yosua kepada bangsa itu: "Bersoraklah, sebab TUHAN telah menyerahkan kota ini kepadamu! 

Menyatakan kita harus bersorak sorai dengan suara keras , ekspresif dan meriah yang sempurna  untuk dapat menunjukan kuasa Tuhan dan menarik otoritasnya pada saat kebaktian.  

Disatu sisi memang tidak salah, tetapi yang perlu diluruskan bahwa pergeseran makna dari pujian sendiri sebenarnya secara tidak langsung membawa identitas dari pujian itu sendiri dipertanyakan. Ketika kita belajar bahwa pujian merupakan sebuah pernyataan kehadiran Allah yaitu Tuhan Yesus Kristus dalam hidup manusia.  Maka  dengan pergeseran makna itu menyatakan bahwa pujian merupakan emosi dan lantunan kata yang dinyanyikan manusia sebelum firman, agar hati Dan pikiran manusia secara emosi disiapkan untuk menerima segala Firman Tuhan.

Jika kita berkaca pada kejadian di Yosia 6, sebenarnya kita melihat bagaimana Firman Tuhan itu dinyatakan dalam perintah kepada Bangsa Israel untuk menyatakan kuasa Allah dalam kehidupan orang percaya dan bukan berarti menyatakan presepsi kenormalan manusia serta emosi yang sama dengan keadaan orang Israel pada saat itu. 

6. pujian dengan entertainment 

Dalam perkembangannya terus menerus, khusus pada tahun 2000-an berkembang beberapa aliran gereja di dunia yang menyatakan pujian merupakan sebuah Hal yang penting. Hal ini dipertegas dengan adanya beberapa ayat pendukung dan dokma serta doktrin yang terus berkembang bebas. Sehingga pada tahun 2000-an tersebut hadir sebuah doktrin yang mengutamakan pujian. Doktrin ini sendiri adalah sebuah ajaran yang Salah satunya menekankan "praise & worship" lebih menonjolkan serta menarik kepada seluruh orang percaya sebagai perlambangan penyerahan  hidup yang sepenuhnya kepada Tuhan. 

Dari dasar inilah ajaran ini pujian terus berkembang secara bebas, bahkan untuk memberikan "efek" yang cukup menarik perhatian anak anak muda. Salah satu yang paling diandalkan oleh anak anak muda adalah kata " keren ", Sehingga mereka secara perlahan mengubah pujian sesuai yang kita pelajari sebelumnya menuju kepada pujian dengan penambahan "gimmick"  Dunia. Salah satu hal yang terjadi dan menjadi "pioneer" dari masuknya entertainment dalam ibadah adalah ibadah kebangunan rohani yang di selipkan entertainment seperti halnya konser , ibadah harian yang mengunakan thema seperti halnya stasiun televisi yang membuat acaranya semenarik mungkin. 

Hal ini memang mendapatkan penolakan dari para pemimpin gereja, karena sangat berbeda dan terlalu banyak melihat hal yang dianggap terlalu duniawi. Tetapi berkaca pada aliran yang lebih tua dan merupakan  induk doktrin dari doktrin tersebut, mereka membiarkan dan berkompromi dengan hal yang demikian. 

7. Pujian Emosi Psikis  

Perkembangan pujian semakin lama semakin tidak dapat dikendalikan oleh gereja. Banyak anak muda yang  berusaha mengikuti gaya ibadah seperti ini dan jika dilarang mereka akan pindah kepada gereja gereja yang mengizinkan hal tersebut. Hal tersebut akhirnya membuat sebagian besar gereja di seluruh dunia menerima hal tersebut. Bahkan gereja katolik Roma yang memiliki catatan akan liturgi yang pakem akhirnya menyerah untuk megadakan serta mengadopsi budaya sosial budaya. 

Dari sisi pengembangan pujian, pujian yang dinyanyikan saat ini hanya memiliki pandangan bagaimana seorang worship leader / pemimpin pujian untuk dapat mengerakan emosi secara psikis. Hal ini mengacu pada lagu lagu yang dibawakan hanya sekedar tentang bagaimana menikmati "hadirat Tuhan" dalam ibadah tersebut. 


Jika kita melihat bahwa dari awal puji-pujian berbicara tentang suara Allah, pengagungan Allah, perintah Allah, dan segala hal tentang  Firman Tuhan . Maka jika kita bedah lagu lagu sekarang merujuk pada sikap dan respon kita kepada Allah, tanpa bagaimana kemauan  dan perintah  Allah kepada manusia.  Justru lagu lagu itu secara perlahan tidak digunakan lagi oleh gereja bahkan ada lagu gereja yang di ubah menjadi sebuah lagu duniawi yang kedengeran seperti dipermainkan. 

Tetapi perlu diingat ketika manusia  "mempermainkan" perkataan Firman Tuhan, Maka seperti halnya Yudas iskariot. Dimana yudas, seorang murid Tuhan yang mengkhiananti Tuhan Yesus Kristus , menjual Yesus karena 30 uang perak ( Matius 27:3-9) yang merupakan harga di seorang budak ( Keluaran 21:32). 

Yudas menukar kasih Allah yang tidak ternilai harganya dengan harga budak menurut hukum Taurat , karena kedegilan Yudas secara logika manusia menganggap penangkapan Yesus hanya begitu saja lalu dan selesai . Tetapi kenormalan Allah mengatakan lain, dari apa yang di anggap manusia " tidak berharga" menurut manusia dijadikan Allah sebagai pembuktian kasih Allah dan penyelamatan Allah kepada orang percaya. 

Maka Hal ini sesuai dengan perkataan 1 Petrus 2:4  dikatakan demikian : 

 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.

Inilah pembuktian Allah akan FirmanNYA, sampai saat ini pun Firman yang sama masih berlaku dan mempunyai kekuatan yang kekal dan absolut. Inilah pembuktian dan inilah menjadi peringatan bagi hidup kita. Apa yang dibuat buat oleh manusia "seolah olah" untuk Allah tetapi hanya untuk memuasakan emosi dan psikologi manusia, Lalu bagaimana kita memperoleh perkenanan Tuhan  yang benar ? Apakah kita akan terima "seolah olah " hadirat Allah turun ??

 Seperti dalam Roma 8:8 dikatakan demikian: 

Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. 

Maka jelas apa yang dikatakan bpaulus kepada jemaat Efesus dalam Efesus 5:10 dikatakan demikian 

dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. 

Maka jelas apa yang dikatakan Firman Tuhan, masalahnya apakah kita akan melakukan hal yang dikatakan Firman Tuhan dan mempertahankan? Seringnkali kita mengalahkan Firman Tuhan hanya untuk mencari perkenanan manusia dan vibe yang di ingini oleh jemaat ( marketing gereja  seperti perusahaan)

Tetapi jika kita melihat akhir dari Akhir zaman, kita akan melihat banyak sekali orang atau pemimpin gereja bahkan terlebih pemimpin pujian yang akan seolah olah "membuat hadirat Tuhan turun " dengan pujian emosi dan psikologis. Pujian emosi dan psikologis sendiri adalah pujian yang mengunakan sentimen emosi dan psikologi manusia untuk merasakan seolah ada kuasa dan menerima kuasa itu, tetapi habis ibadah itu seperti biasa saja dan mengarah ke konser musik. 

Sebagaimana kita tahu, seharusnya kekuasaan absolut Tuhan Yesus Kristus adalah bagaimana ketika mereka meng-rhemakan suara Allah dan menerima pengajaran dalam bentuk pemberitaan Firman Tuhan, akan memiliki dampak kuasa Allah. Dimana keegoisan  dan psikologi  manusia sudah tidak ada lagi, melainkan penyerahan hidup sepenuhnya kepada Allah. Dan hal ini yang tidak dapat diberikan oleh dunia. Dunia mampu memberikan makan ego dan psikis manusia, tetapi dunia tidak dapat memberikan kuasa untuk percaya kepada Allah sepenuhnya. 

8. Emosi Psikis akhir zaman

Inilah yang akan kita lihat di akhir dari sebuah pujian yang mengunakan ego dan psikis manusia. Dimana dunia melihat, membedah dan meniru cara gereja menyanyi, sehingga mereka melihat Dan mengaplikasikan apa yang baik dari ego yang terjadi pada saat pujian dan psikologi yang disampaikan dari lagu yang dinyanyikan. Sehingga mereka menarik orang untuk mendengarkan alunan lagu dengan kata kata yang menarik secara ego dan psikologi.

Dan menjadi masalahnya adalah bagaimana dengan kondisi gereja hari hari terakhir, mereka akan mengunakan lagu lagu dunia yang dikenal dengan "tujuan" agar familiar dan mendapatkan vibe maupun egonya. Menurut mereka setelah mendapatkan egonya, barulah dikasih Firman Tuhan atau menyampaian Firman Tuhan dan itu cukup. 

Dari sinilah secara perlahan kata ibadah sendiri mengalami pergeseran makna dan kualitas. Bahkan sering kali ibadah hanya sebagai runititas dan sebuah acara yang menjadi ajang untuk untuk motifasi saja, tanpa ada pernyataan suara Allah. 

Karena hal inilah, maka ibadah secara Metaverse dapat dan masuk dalam budaya gereja. Bahkan ini adalah kesempatan yang cukup baik bagi dunia masuk dan mengambil peran dalam ibadah. Salah satunya ibadah online atau ibadah di awan awan yang terjadi saat ini bahkan annti di Metaverse.  Karena ibadah di awan awan merupakan sebuah " kebebasan"  dengan meninggalkan hal yang monoton atau membosankan Dan beralih kepada hal yang menarik ( yang dapat dibuat termasuk merasakan "hadirat Tuhan " )   yang sebenarnya tidak sesuai dengan Firman Tuhan.

Inilah yang di takutkan dan menjadi momok bagi orang yang mempertahankan segala ketetapan Firman Tuhan. 

9. Kesimpulan

Inilah hal yang selama ini dilupakan bahkan banyak gereja secara perlahan mengubah pujian bahkan liturginya untuk berlomba menarik banyak jemaat. Bahkan banyak jemaat pun yang menjadi "bayi" untuk dapat mengikuti tren yang terjadi. 

Memang terkadang hal ini sendiri menjadi pembicara di kalangan hamba Tuhan maupun teologia. Tetapi kepada kita diberikan kebenaran untuk mempertahankan, Maka pertahankan itu semua ( tidak lebih maupun tidak kurang ). 

Memang hal ini pasti akan terjadi dan benar adanya sesuai dengan ketetapan Firman Tuhan dalam kitab Wahyu 6:6 yang dikatakan demikian: 

Dan aku mendengar seperti ada suara di tengah-tengah keempat makhluk itu berkata: "Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu."

Bahkan jika kita tarik kembali dalam Matius 25: 1-13 Dan perhatikan pada ayat 3-5 dikatakan demikian 

Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.

Dari ayat diatas kita simpulkan bahwa, dari semua yang mendengar Firman Tuhan (Jelai) hanya sepertiga yang  percaya kepada Tuhan (gandum) lalu dari sepertiga orang percaya hanya setengah yang berjaga jaga dengan memiliki minyak ( pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus, urapan Allah - berjalan bersama dengan Tuhan - dan mengandalkan kekuatan Roh Kudus ) untuk bertahan sampai pada akhirnya. 

Dimana orang yang memiliki minyak adalah orang yang mengenal Tuhan dan menjalankan segala perintah Tuhan serta mempertahankannya sesuai dengan Yudas 1:3 dikatakan demikian

Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus. 

Biarlah pujian kita benar benar boleh naik ke hadirat Tuhan menjadi dupa yang harum dan berkenan seperti dalam Kisah Para Rasul 10:35 dikatakan demikian 

Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. 

Biarlah kita semua boleh mengerti serta memahami semuanya itu, Roh Kudus yang berikan kepintaran untuk mengerti segala hikmat Tuhan dan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus saja.. 

Terpujilah Tuhan Yesus Kristus dulu, sekarang, dan selamanya. Amin 


Renungan Harian Remaja GPdI